Pekanbaru, GoMediaku.com – Bertempat di aula Perpustakaan Universitas Lancang Kuning, semarak dilaksanakan kegiatan Sawit Goes to Campus yang diinisiasi oleh Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Provinsi Riau.
Kegiatan ini dihadiri juga oleh sejumlah perwakilan dari perguruan tinggi yang ada di Provinsi Riau, diantaranya Institut Perkebunan Pelalawan, Politeknik
Caltex Riau, Universitas Pasir Pengaraian, Universitas Dumai,Politenik
Negeri Bengkalis, Politeknik CWE dan Politeknik Aceh.
Kegiatan ini dikatakan Ketua DPW Apkasindo Provinsi Riau, K.H Suher adalah memberikan pemahaman kepada mahasiswa bahwa sawit itu penting bagi
pembangunan Riau bahkan Indonesia.
“Mudah-mudahan dari kegiatan ini, dapat
menepis kampanye negatif tentang sawit di Riau bahkan di Indonesia. Selama
ini, terutama dari luar karena persaingan industri global,” ujar Suher dihadapan ratusan mahasiswa di Universitas Lancang Kuning.
Ketua Umum DPP APKASINDO, Dr.Gulat ME Manurung, MP.,C.IMA dalam kegiatan
itu, juga mengajak mahasiswa dan pelajar mengenal lebih dekat dan memahami multiplier effect sawit Indonesia, yang bukan hanya kepada Indonesia tapi juga dunia, sebab sawit merupakan sudah menjadi komoditas global.
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) atas dukungan Badan
Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dalam berbagai kegiatan
menyampaikan berbagai hal tentang 6 peran pentingnya manfaat dana sawit
terkhusus meningkatkan SDM Petani, produktivitas sawit petani dan
paduserasinya program biodisel dengan harga TBS dalam capaian kemandirian
energi.
Salah satu keberhasilan yang sudah berjalan sejak 2017 adalah program SDM
Sawit melalui beasiswa, dimana sejak 2023 dan tahun ini kuotanya sudah
3.000 orang dibeasiswakan secara full anak-anak petani sawit, pekerja
sawit, buruh tani sawit ke 23 kampus terbaik di Indonesia dari Aceh sampai
Papua.
Dihadapan ratusan mahasiswa yang hadir, Gulat juga menjelaskan pentingnya
industri kelapa sawit dalam mendorong perekonomian secara global apalagi
Presiden Prabowo sudah menargetkan pertumbuhan ekonomi 8%, kita harus bisa capai target tersebut melalui bidang kita masing-masing.
Banyak orang tidak memahami secara utuh tujuan program biodiesel kata
Gulat, sehingga diberbagai media muncul analisa yang meleset. Biodiesel itu bermanfaat untuk menjaga harga TBS petani melalui harga CPO yang stabil,
biodisel itu kontrol terhadap stock CPO dunia melalui serapan domestik,
biodisel itu mengurangi import Solar sehingga menghemat devisa, biodiesel
itu menjaga kesehatan lingkungan (reversible energi hijau), biodiesel itu
ciri khasnya Indonesia, biodiesel itu menciptakan lapangan kerja dan banyak
hal positif lainnya.
“Banyak orang mengatakan bahwa biodiesel itu memperkaya konglomerat
produsen biodiesel, itu salah total, karena manfaat dari biodisel itu yang
menikmati langsung adalah petani sawit dan konsumen biodisel yaitu
masyarakat yang berhak menggunakan minyak subsidi sebagaimana diatur dalam Perpres 191 tahun 2019 dan perubahannya” tegas Gulat.
Yang dibayar ke produsen biodiesel itu ya biaya pembelian CPO, ongkos olah
dan biaya angkut dan semuanya dihitung oleh Kementerian Keuangan,
Kementerian Perdagangan dan Kementerian ESDM.
Jadi tidak benar istilah perusahaan diberikan insentif dari dana BPDPKS,
yang menerima manfaat ya Indonesia secara umum, lanjut Gulat diikuti tepuk
tangan ratusan peserta acara sawit goes to campus.
“Mari kita jaga program-program BPDPKS, jangan mau dihasut oleh hasutan bertujuan merusak ekonomi Indonesia” kata Gulat.
Capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia 8% sebagaimana disampaikan Presiden Prabowo harus kita dukung dari Hulir Sawit (Hulu-Hilir) “Peluang itu sangat lebar karena sawit telah menjadi lokomotif ekonomi Indonesia” kata Gulat.
Presiden Prabowo juga sudah bertekad untuk kemandirian energi dan kami
datang ke kampus Universitas Lancang Kuning dan kampus-kampus lainnya untuk menjalin komunikasi tentang peran penting sawit Indonesia sektor energi
melalui acara sawit goes to campus ini.
Sekjen Asosiasi Produsen Biodisel, Ernest Gunawan mengatakan sawit dengan turunan CPO-nya sangat penting sekali di dalam penyedian untuk energi
terbarukan. “Tahun depan, kita akan mewujudkan Biodisel B40, dimana
presentasi CPO itu lebih besar dari Solar sebagai bahan campurannya. Jika
tak ada CPO, percepatan program ini tidak akan bisa dilaksanakan,” ujarnya.
Ditambahkan Ernest, Biodiesel B40 adalah campuran solar dengan 40% bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit. Pemerintah Indonesia berencana menerapkan biodiesel B40 secara wajib mulai 1 Januari 2025.
“Program ini merupakan langkah pemerintah untuk mewujudkan Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan. Pemanfaatanya jelas, Mengurangi emisi gas rumah kaca, Menciptakan lapangan kerja baru, Mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil,” pungkas Ernest. (rls)