Wayang Kulit yang disebut ringgit wacucal (Jawa-RED) budaya asli warisan leluhur bangsa Indonesia kini telah diakui oleh UNESCO, yaitu salah satu Badan Dunia yang bernaung di Perserikatan Bangsa bangsa (PBB), sejak 7 November 2003 lalu. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) telah mengakui wayang sebagai World Master Piece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.
Pengakuan tersebut di atas sangat berarti bagi bangsa Indonesia bahwa wayang sebagai budaya bangsa yang kita warisi dari leluhur, diakui oleh dunia. Oleh karena itu sebagai pewaris langsung budaya wayang kita bangsa Indonesia harus bisa melestarikannya dengan berbagai cara seperti misal belajar hal ikhwal tentang wayang baik dari buku-buku maupun di sekolah atau akademi, mengadakan pentas wayang kulit dll. Suatu contoh nyata belum lama ini bersempena dengan datangnya Tahun Baru Hijjriyah 1438 di beberapa tempat di Kabupaten Pelalawan mengadakan pesta Menyambut Tahun Baru dengan menggelar Wayang Kulit Semalam Suntuk.
Paguyuban Seni Karawitan Ngluri Laras Dewi Jaya Pangkalan Kerinci yang dipimpin oleh Tripel “P” Paidi Parmin Pujo pada tanggal 9 Oktober 2016 mengadakan Pagelaran Wayang Kulit dengan Dalang Ki Tantut Sutanto dari Klaten. Dilanjutkan tanggal 10 Oktober 2016 Desa Bukit Jaya Kecamatan Ukui menggelar Wayang Kulit dengan Dalang Ki Agung Kreshna dari Ngawi. Sedangkan Desa Bagan Limau Kecamatan Ukui menggelar wayangnya tanggal 22 Oktober 2016 dengan Dalang Ki Maman Sutanto dari Sragen. Hal seperti itulah salah satu bentuk pelestarian kebudayaan karena dengan adanya pentas seperti itu merupakan media sosialisasi pengenalan wayang kulit kepada generasi penerus.
Seiring dengan kemajuan teknologi yang super canggih wayang mulai tergeser oleh kebudayaan manca Negara seperti game on line, pokemon, mobil strike dll. Wayang yang diciptakan (dianggit bhs Jawa-RED) oleh Sunan Kali Jaga salah satu Wali Songo penyebar agama Islam di Jawa, dengan wayang dan gamelannya Sunan Kali Jaga memulai syiar Agama Ilslam. Dan sejak itu masyarakat laki-laki perempuan, tua-muda bahkan anak-anak sangat nenggandrungi kesenia wayang kulit. Maka orang menyebut Wayang adalah tontonan sekaligus tuntunan, artinya bisa sebagai hiburan untuk ditonton yang di dalamnya terdapat petunjuk atau tuntunan hidup yang baik yang berdasar syariat Agama Islam.
Beberapa contoh nilai islami yang terkandung dalam seni wayang sebagai berikut :
- Rukun Islam ada lima di dalam seni wayang dilambangkan tokoh pembela kebenaran yaitu Pendawa yang terdiri : Yudistira, Werkudara, Janaka, Nakula dan Sadewa.
- Kalimat Syahadat yang menjadi rukun islam pertama di dalam seni wayang dilambangkan menjadi pusaka sakti para Pendawa namanya Jamus kalimasada.
Masih banyak hal-hal baik tersurat maupun tersirat yang terkandung di dalam seni wayang yang merupakan ajaran-ajaran yang didasarkan pada syariat Islam. Bertolak dari deskripsi tersebut kita selaku pewaris budaya langsung penulis ingin mengajak para pembaca merenung sejenak. Mengapa jauh sebelum Budaya wayang dikenal oleh orang manca masyarakat kala itu menggandrunginya. Sekarang Dunia sudah mengakui bahwa wayang itu adalah budaya Adi Luhung, wayang sebagai World Master Piece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Mengapa kita selaku pewaris kebudayaan kurang mengapresiasi. Apakah menunggu bangsa lain, Negara lain menklaim budaya wayang adalah milik mereka kita baru sibuk untuk merasa memiliki.
Di sini penulis ingin mengajak kepada kita semua agar tidak melupakan kebuadayaan bangsa sendiri. Orang Jepang ada yang jadi pesinden, si Meghan dari Amerika Serikat telah menjadi pesinden. Semetara anak-anak remaja bangsa kita sibuk dengan game on line karena mereka menganggap wayang adalah kuno, tradisional, kampungan tidak modern, ketinggalan jaman dan lain-lain. Kapan kita akan mempopulairkan kebudayaan kita sendiri….????? Rumongso Handarbeni Mulat Saliro Hangroso Wani !!!! (*PMR)